Kamis, 24 September 2009
Potensi daging kelinci dan Problem Harga
Jumat, 22 Mei 2009
Budi Daya Kelinci Lembang Ala Asep Rabbit
Pikiran-Rakyat Jum'at, 22 Mei 2009
Delapan belas tahun sudah Asep Sutisna (45) yang akrab disapa Asep Rabbit, bergelut dengan peternakan kelinci. Hewan yang identik dengan sayuran wortel itu kini menjadi garapan Asep dalam breeding atau pembibitan kelinci yang berkualitas di Jalan Raya Lembang No. 119, tepatnya di Kp. Babakan Laksana, RT 4 RW 7, Desa Gedong Kahuripan, Kec. Lembang, Kab.
Asep semula berprofesi sebagai fotografer di studio kecil miliknya. Awalnya, keakraban lelaki berambut cepak pada kelinci itu bermula dari sang anak yang menyukai dan memelihara kelinci. Kelinci yang dimiliki hanya
Sabtu, 04 April 2009
Kapan Sebaiknya Anda datang ke Asep Rabbit?
Hallo teman-teman. Kenalin nih, aku si Mumu, kelincinya Pak Asep. Kerasan di kandang sini deh.Banyak teman, pelet enak dan rumput, dikasih minum lagi. Tapi Mumu mau bilang nih, tiap siang Mumu sering terganggu kalau lagi bobok. Banyak tamu sih. Tidur kelinci kayak aku
Kamis, 02 April 2009
Asep Sutisna dan Kelinci
Delapan belas tahun bersahabat dengan kelinci. Tak hanya kesejahteraan keluarga, tetapi juga membuka lapangan kerja yang luas masyarakat di sekitarnya.
Selain mampu menghasilkan ternak dan membuka pasar kelinci, Asep juga mampu menghasilkan jenis kelinci sendiri. Dutch Tricolor adalah karya baru asli Asep, hasil kawin silang beragam jenis.
Berpose bersama gurunya, Mamur Suriaatmadja, seorang promotor (gizi) kelinci era 1980an.
diskusi ternak kelinci
Diskusi dengan para tamu. Telaten melayani setiap pertanyaan para tamu yang datang dari berbagai daerah.
Asep sedang melayani wawancara dengan wartawan dari Pikiran Rakyat. (Kanan) anak-anak petani desa di sekitar Asep mendapat pekerjaan membantu mengurus kelinci. Selain bertujuan mengurangi pengangguran, pemberian kesempatan kerja ini diarahkan untuk sarana pembelajaran agar kelak mereka menjadi peternak handal.
Warung Kelinci; obat, buku dan pakan
Bersama Mereka
Kerja Kandang
Peserta magang dari Kupang. Rela bertahan dua minggu membekali diri menjadi calon peternak di Kupang.(Kanan) peserta magang dari Tangerang belajar khusus pembuatan pakan kelinci selama 4 hari.
Membuat pelet khusus untuk kelinci campuran bahan padat dan rumput.
Karyawan Asep Sutisna bekerja mendesain kandang terbuat dari bambu untuk kelinci.Kandang bambu ini lebih murah dari kandang besi. Asalkan cara membuatnya sistematis dan rapi bisa menghasilkan karya yang menawan.
Asep dan Budidaya Kelinci di Lembang
Nama Asep Sutisna relatif populer di kalangan peternak dan penggemar kelinci di Jawa Barat, bahkan Indonesia. Belajar tak kenal lelah membuat ia paham seluk-beluk beternak kelinci hias maupun pedaging. Melalui kelinci, ia ikut mengangkat derajat ekonomi warga Desa Gudang Kahuripan, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
Kios kelinci begitu mudah dijumpai dalam perjalanan Bandung-Lembang. Tak hanya kelinci hidup, di jalur ini juga mudah ditemukan warung sate kelinci. Seekor kelinci hias dijajakan dengan harga puluhan ribu hingga jutaan rupiah. Kelinci telah mendukung perekonomian ratusan peternak, banyak pedagang dan pekerja yang terlibat. Bagi mereka, kelinci tidak sekadar lucu, tetapi juga mampu menopang kehidupan rumah tangga.
Sebagai peternak sekaligus pembudidaya indukan kelinci, Asep Sutisna (45) kerap diundang sebagai narasumber di berbagai seminar. Dia juga menjadi anggota World Rabbit Science Association. Peternakan miliknya pun sering menjadi tempat belajar para pelajar, mahasiswa, serta siapa pun yang tertarik beternak kelinci, dan itu gratis. Tak heran jika ia berkawan akrab dengan banyak akademisi dari fakultas peternakan berbagai perguruan tinggi.
Sebagai peternak, Asep memiliki 100 peternak binaan. Dia tergolong sesepuh dalam kelompok peternak kelinci di kawasan Lembang yang beranggotakan sekitar 300 orang. "Potensi usaha ternak kelinci masih sangat bagus. Sampai sekarang pun peternak Lembang belum bisa memenuhi permintaan pasar, baik kelinci hias maupun pedaging," kata Asep.
Padahal, lanjut Asep, sedikitnya ada 130.000 ekor indukan kelinci di Lembang. Satu induk bisa melahirkan hingga 30 kali dengan jumlah anak rata-rata 5 ekor pada setiap kelahiran. "Sebagian kelinci malah bisa melahirkan sampai sembilan ekor," tuturnya.
Namun, sukses budidaya kelinci di Lembang itu tidak terjadi begitu saja. "Kalau sekadar memelihara kelinci, itu sudah lama dilakukan orang," ucap pria yang sulit mengingat kapan pastinya budidaya kelinci dimulai di Lembang.
Bukan pionir
Asep mengaku dia bukan pionir pemelihara kelinci di Lembang. Tahun 1990-an sebagian warga Desa Gudang Kahuripan sudah memelihara kelinci sebagai kegemaran. Ketika itu Asep justru masih bekerja sebagai juru foto. Bahkan, saat itu, lulusan sekolah teknik menengah jurusan listrik ini masih memiliki studio foto.
Sampai suatu hari anak laki-lakinya, Taufik Soleh, minta dibelikan kelinci. "Waktu itu dia masih anak-anak. Dia pengin punya kelinci karena melihat teman-temannya memelihara kelinci," cerita Asep.
Dia lalu membelikan anaknya lima kelinci yang kemudian dipelihara sambil lalu. Namun, ketika Taufik bosan terhadap kelinci-kelinci itu, Asep menjual lima ekor kelinci tersebut dengan cara memajangnya di jalur Bandung-Lembang. "Ternyata laku. Jadi saya beli kelinci lagi untuk dijual, eh ternyata laku lagi," ujarnya.
Meski demikian, berjualan kelinci hanyalah usaha sampingan yang tak dijalani Asep dengan serius. Dia masih menekuni studio fotonya. Sampai suatu hari telepon dari sang istri menjadi titik baliknya.
"Saat itu saya sedang di studio, istri saya telepon minta saya cepat pulang. Katanya, banyak yang mau membeli kelinci," tutur Asep.
Peristiwa itu hampir bersamaan dengan krisis moneter 1997-1998 yang membuat harga barang-barang naik drastis, termasuk film untuk keperluan studio fotonya. Asep pun memutuskan serius beternak kelinci.
Namun, dia harus menghadapi kenyataan pahit ketika banyak kelinci peliharaannya terserang scabies. Sebagai peternak pemula, Asep belum tahu cara mengatasi penyakit itu hingga banyak kelincinya yang mati. Itu sempat membuat Asep berpikir untuk banting setir, pindah usaha sebagai peternak sapi.
Meskipun tak punya sapi, Asep nekat ikut pelatihan. "Mentornya warga negara Jepang. Di pelatihan itu, dia malah menyarankan saya tetap menekuni ternak kelinci," cerita Asep.
Ia pun belajar banyak dari orang Jepang tersebut. Salah satu hasilnya, ia bisa mengatasi masalah penyakit scabies pada kelinci. Selain ikut berbagai pelatihan, ia juga belajar memelihara dan membudidayakan kelinci dari mereka yang dinilainya lebih berpengalaman. "Saat itu buku referensi tentang budidaya kelinci masih jarang," ujar ayah dua anak itu.
Sedikit demi sedikit Asep mampu menguasai seluk-beluk tentang kelinci. "Kalau mau berhasil jadi peternak, kita harus memahami berbagai hal yang terkait, dari hulu sampai hilir. Jadi kita tidak tergantung dari pihak lain. Banyak peternak ayam yang gulung tikar karena tidak menerapkan konsep itu," katanya.
Menyilangkan
Tak puas hanya membudidayakan jenis kelinci yang biasa dipelihara warga setempat, Asep lalu mendatangkan indukan kelinci dari luar negeri. Dia menyilangkan indukan kelinci impor itu dengan jenis kelinci yang ada.
Kini, ada berbagai jenis kelinci yang diternakkan di Lembang, antara lain American rex, American fuzzy lop, Lop holland, English angora, Dutch, Himalayan, Netherland Dwarf, dan Lion.
Selayaknya dokter hewan, ia pernah meneliti anatomi kelinci dengan membedah bagian pencernaan. Asep juga mempelajari berbagai hal menyangkut pakan kelinci.
"Dulu, saya banyak menghabiskan waktu di kandang untuk mengamati kelinci. Sering saya baru keluar kandang pukul 02.00 atau 04.00. Istri saya sampai bilang, tidur saja di kandang," cerita Asep yang kini omzetnya berkisar Rp 10 juta per minggu ini.
Kerja kerasnya tidak sia-sia. Ia juga bisa memproduksi dan memasarkan pakan berupa pelet kering. Ia membuat produk olahan daging kelinci berupa nugget, sosis, dan burger. "Produk olahan belum banyak kita buat karena daging kelinci sangat terbatas. Peternak suka memelihara kelinci hias yang lebih menguntungkan," katanya.
Untuk sate digunakan kelinci hias apkiran. Bahkan, pedagang sate kadang mendatangkan kelinci pedaging dari luar Lembang. "Harga daging hanya bisa ditekan jika peternak fokus pada penjualan kulit kelinci. Harga satu lembar kulit kelinci jenis American rex, misalnya, berkisar 8-16 dollar AS. Itu pun permintaannya tak bisa dipenuhi peternak," ujar Asep.
Masih ada yang ingin diwujudkan Asep, yakni mendirikan usaha kelinci terpadu, mulai dari peternakan, pembibitan, industri produk olahan, pengolahan kulit, restoran, hingga wisata kelinci.
"Kalau cita-cita saya tercapai, pasti ribuan tenaga kerja bisa terserap ya," ucapnya tentang cita-cita yang tentunya membutuhkan investasi miliaran rupiah itu.